Pandangan Pertama
Kicauan suara burung menyambut datangnya pagi yang cerah. Di sebuah rumah sederhana tampak seorang laki – laki sedang meringkuk diatas tempat tidurnya. Matanya terpejam, menghiarukan mentari pagi yang mengusik tidurnya dari celah – celah jendela. Setelah 15 menit cukup bagiya mengumpulkan kesadarannya, dirinya mulai berdiri dan berjalan kearah jendela kamarnya. Matnya menangkap bayangan perempuan yang tampak anggun sedang berjalan melewati rumahnya. Perempuan itu sungguh sempurna dimatanya. Laki – laki tersebut berlari menuju keluar dari rumahnya dengann niat ingin berkenala n dengan permpuan tersebut. Tapi saying perempuan tersebut sudah tak terlihat lagi. Dengan kekecewaan yang didapatnya laki – laki tersebut kembali masuk dalam rumah. Tapi…
“woy, Doni ! panggil suara laki – laki dari arah belakangnya.’
Ah! Kau rupanya, son.” Jawab laki – -laki itu lesu.
“Ada apa ? masih pagi sudah murung.”
“Tidak. Ada apa pagi – pagi sudah berkunjung ?”
“Aku ada kuliah pagi hari ini. Kebetulan aku lihat kamu.”
“kenapa belum betangkat kekampus juga. Nanti kamu telat lho! “
“Kamu tidak kuliah ?”
“Sepertinya hari ini aku bolos saja.”
“Dasar! Ya udah aku bearangkat dulu ya ?”
“Ya!”
Setelah kepergian Sony, Doni masuk rumah lagi dan melanjutkan tidur setelah apa yang dirasakan pagi ini tak berpihak padanya.
*****
Siangnya, masih di hari yang sama Doni memaksa dirinya keluar dari rumahnya. Kakinya berjalan tak tau arah sampai menuju suatu tempat yang sejuk. Doni heran kenapa dia bias sampai ke tempat ini, tempat yang tak pernah ia kunjungi selama satu tahun dia tinggal di Bandung, dia anak pindahan dari Jakarta dengan niat ingin melanjutkan kuliahnya di Bandung.
Matanya mengedar ke seluruh tempat ini yang ternyata adalah taman. lagi – lagi matanya menangkap sosok permpuan yang lewat dirumahnya tadi pagi. tidak ingin kehilangan kesempatan untuk kedua kalinya, buru – buru ia menghampiri perempuan tersebut yang sedang asyik membaca buku.
“Hai” sapa Doni kaku. perempuan tersebut mendongak menatap Doni yang sedang berdiri di hadapannya. Keningnya mengkerut seolah menanyakan ‘siapa?’
Doni yang cukup memahami raut wajah perempuan tersebut langsung memperkenalkan dirinya.
“Kenalkan, nama saya Doni Aditya.” Doni menyodorkan tangannya berniat untuk menjabat tangan sang perempuan.
“Oh…. Anita Yulia.” Jawab perempuan tersebut dan menjabat tangan Doi dengan tersenyum kecil.
Suasana kaku tiba – tiba terjadi ketika diantara keduanya. Doni memikirkan sesuatu yang akan ia tanyakan dan Anita kembali melanjutkan membacanya.
“Emm.. anita.”
“ya”
;Kalau boleh tau, kamu anak kuliahann juga ?”
“Hum. Kau pasti juga anak kuliahan ? “
“ya, kita sama.” Jawb Doni senang. “Oiya. Apa yang sedang kau baca ?”
“Oh.. ini ? ini novel.” Anita menutup bukunya setelah membatasi batas terakhir dari halaman yang ia baca.
“Apa judulnya ?”
“Coffee of Love.” Anita membaca judul yang terletak dari sampul novelnya.
“Kau sepertinya suka membaca ya ?”
“Kau benar.”
Dan suasana kemballi hening seketika.
“Doni, itu panggilan namamu ?”
“Ya, semua orang memanggilku begitu.”
“Apa hobimu ?”
:Hobiku sama sepertimu.”
“Membaca ?”
“Iya, tapi aku juga suka menulis.”
“Menulis ? Tentang apa ? “ Respon Anita semangat.
“Apa saja yang ada di ppikirankudan aku akan menuangkannyandalam sebuah cerita.”
“Waah… Aku jadi ingin membacenya.”
“Jika kau mau, besok kau bias datang ke rumahku.”
“Dimana rumahmu ? “
“OH, iya lupa. Rumahku bercat putih yang biasa kau lewati setiap pergi ke kampus.”
“Hah ? Kau pernah melihatku lewat rumahmu ?” Anita melongo mendengar pernyataan Doni.
“Iya.” Doni gelagapan setalah mend apat peryanyyan dari Anita.
“Oh, baiklah. Aku tau.” Anita mengulum senyum pada Doni. “Aku hsrus pulang.ini sudah menjelang sor E.’.Anita pamit pulang meninggalkan Doni sendirian yang masih memasang senyum di wajah tampannya. Doni menepok jidatnya setelah ada suatu hal yangia lupakan dan ia baru mengingatnya.
“Ah… Aku lupa minta nomor teleponnya.”
*****
Hari selanjutnya, pukul 06.15 WIB di kediaman rumah Doni.
Pagi – pagi sekali Doni sudah rapi, tidak biasanya. Berkali – kali dirinya mondar – mandir didepan cermin, melihat pantulan dirinya. Sesekali ia menat rambutnya yang hitam, menyemprot parfum dan merapikan bajunya.
Doni buru – buru membika pintu setelah mendengar pintu diketuk seseorang dari luar.
“Hai, Don” Dan ternyata yang datang adalah seseorang yang memang ia harapkan kehadirannya.
“”Hai…. Silahkan masuk.” Sambut Doi senang.
“Mau ke kampus, ya ?”
“Ya, kau pasti juga, kan ?” Doni berbalik menuju kamarnya dan mengambil sesuatu.
“Oh, ya ini. Maaf ya, jika tulisannya disitu masih banyak salhnya. Jika sudah selesai bacanya, aku minta kritik dan saran dari kamu lho.” Ucap Doni sambil menyerahkan tullosan hasil cetakannya.
Belum juga baca, mana tau aku kalau ada kesalahan didalamnya.” Jawab Anita sambil bergurau. “ Ya, kalau selesai pasti aku beri kritik dan saran sesuai permintaanmu.”
“Hehe… iya deh. Soalnya kamu orang pertama yang mau membaca tulisanku.” Doni tersenyum canggung.
“Nanti aku baca deh.” Anita menengok jam tangannya.”Oh iya, Don. Aku harus ke kampus. Makasih ya”
“Aku juga harus ke kampus. Jangan lupa diberi kritik dan sarannya.” Doni mengingatkan Anita yang sudah berjalan sedikit menjauh.
“Ah, Iya ya. Bawel.”
“Anita tunggu !” Cegah Doni cepat, Anita menoleh kearah Doni yang menyusul dari belakang.” Boleh minta nomor teleponnya gak ?”
“Iya lupa.” Anita menuliskan nomor teleonnya dikertas hasil sobekannya.
“Ini.” Anita menyerahkan nomor teleponnya pada Doni.”
“Ah… akhirnya. Makasih, Anita.” Teriak Doni kegirangan setelah memastikan Anita tidak tearlihat olehnya dan Doni akhirnya memutuskan untuk oergi kuliah.”
Tanpa mereka sadari, mereka menjadi dekat dengan hobi yang sama, yaitu membaca. Dan Doni juga memiliki hobi menulis. Doni lebih bersemangat lagi membuat cer ita dari hasil imajinasinya dan meminta Anita untuk membacanya sambil memberikan kritik dan saran untuknya. Hobi ini membuatnya sangat bersyukur karena bias membuatnya dekat dengan seseorang yang selama ini dia kagumi sosoknya yaitu Anita. Perempuan yang telah membuat Doni setiap paginya selalu melihat keluar jendela setelah bangun tidur. Perempuan yang anggun juga sederhana serta baik menurut pengamatannya selama ini.
Kejadian ini berlangsung lebih dari satu bulan lamanya.
*****
“Doni, cerita yang kemarin segera dilanjut dong.”
“Yang mana ?”
“Itu lho… My Charming Girl”
“Oh itu.. Masih dalam proses.”
“Padahla aku pengen cepat baca yang itu.”
“Ini.” Doni menyerahkan ice cream yang dibelinya.
“Makasih.” Anita mengambil ice cream dari Doni dengan senang hati.
‘Ta, gimana tulisanku menurutmu ?”
“Cerita yang mana?”
“Semuanya.”
“Eum.. Bagus kok. Mending ceritamu dibuat novel aja.” Saran Anita
“Belom kepikiran, aku rasa aku masih harus belajar lagi.”
“Payah kamu. Cerita kamu itu bagus – bagus kok. Setelah aku bandingin dengan novel – novel yang aku baca sama saja, bagus.” Jawab Anita yakin.
“Entar aku anterin ke penerbit buku deh.: tawar Anita antusias.
“Kamu yakin sekali.” Jawab Donisambil mengusap rambut Anita. Doni menyadari jika perbuatannya itu membuat Anita kaget.
“Ah. Maaf.”
“Tidak apa – apa.” Anita menunduk malu.
“Anita…”
“iya?” Anita mendongakkan kepalanya dan menatap Doni.
“aku sejujurnya suka sama kamu.” Doni memegang kedua tangan Anita.
“Dari dullu aku sudah suka sama kamu. Bahkan suka itu tumbuh menjadi cinta.” Ucap Doni tulus.
“Doni..” anita terharu mendengar ucapan Doni.
“Anita, aku sayang sama kamu. Maukah kau menerima cintaku ini ?”
“Doni.. Maaf aku tidak bisa.”
Doni kaget dan melepas tangan nita daaari genggamannya.
“Maaf… Aku tidak bisa nolak.” Ucap Anita akhirnya.
“Apa dasar anak kurang ajar.” Doni memeluk Anita yang sudah resmi jadi paacernya.
“Berarti kamu nerima aku kan ?” Doni melepas pelukannya dan menatap Anita memastikan.
“Iya, Doni.” Jawab Anita tesenyum manis.
Akhirmya cinta Doni untuk Anisa terbalaskan.
Cerita yang berakhir dengan manis bukan. Selamat untuk Doni dan Anita.
Dian Fajrina
osis
Latest posts by osis (see all)
- Pendidikan - 21 June 2014
- Ungkapan Sang Kalbu - 21 June 2014
- RACUN TIKUS - 21 June 2014
- RASA YANG BEGITU DALAM - 21 June 2014
- Mutiara suci - 21 June 2014